Sebuah kejadian tragis mengguncang warga Cirebon ketika seorang bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dilaporkan mengalami depresi setelah mengetahui bahwa ponsel pintarnya, hasil dari tabungan pribadinya, telah dijual oleh orang tuanya. Kejadian ini menjadi viral di media sosial setelah sejumlah warganet membagikan kisah sedih bocah tersebut.
Menurut informasi yang dihimpun, bocah tersebut yang identitasnya kami rahasiakan karena masih di bawah umur, telah menabung uang saku dan imbalan dari pekerjaan kecilnya selama beberapa bulan untuk membeli ponsel pintar impian. Namun, kegembiraannya pupus ketika ia mengetahui bahwa orang tuanya telah menjual ponsel tersebut tanpa sepengetahuannya.
Sang bocah yang terpukul oleh kejadian tersebut kemudian mengalami perubahan perilaku yang signifikan. Ia menjadi murung, menarik diri dari pergaulan, dan menunjukkan gejala-gejala depresi yang mengkhawatirkan menurut para ahli kesehatan mental.
“Kami sangat terpukul dengan apa yang terjadi pada anak kami,” ungkap salah satu tetangga yang enggan disebutkan namanya. “Bocah itu begitu antusias dan gigih menabung untuk membeli ponselnya sendiri. Namun, kami tidak menyangka bahwa orang tuanya akan menjualnya dengan alasan finansial,” tambahnya.
Menurut pengakuan dari orang tua bocah tersebut, mereka menjual ponsel sang anak dengan alasan keuangan yang sulit. Namun, mereka menyatakan bahwa mereka telah memberi izin kepada sang anak untuk menjual ponselnya demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Kasus ini memunculkan perdebatan di kalangan masyarakat tentang hak-hak anak dan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sejumlah pihak mendesak agar orang tua lebih memperhatikan kebutuhan emosional dan psikologis anak-anak mereka serta memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak.
Hingga saat ini, pihak terkait belum memberikan komentar resmi terkait kasus ini. Namun, kasus ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk lebih peka terhadap kebutuhan dan kesejahteraan anak-anak dalam keluarga.